- Rupiah terus melemah, terbebani sentimen negatif terkait inflasi di Indonesia.
- Data PCE AS akan menentukan arah Dolar lebih lanjut dan memberikan isyarat akan arah kebijakan suku bunga The Fed.
- Rupiah bisa terjerembab semakin dalam, bila USD/IDR mencapai level resistance di 15.730
Pagi ini, Rupiah dibuka melemah di 15.670 per Dolar AS menjelang akhir bulan, telah tertekan sejak tiga hari lalu, yang dipengaruhi sentimen negatif terkait inflasi. Sekarang, USD/IDR sedang diperdagangkan di 15.699, menguat 19 poin atau 0,12%.
Indeks Dolar AS (DXY) pada saat berita ini ditulis bergerak stabil di sekitar 103,85, Greenback mengumpulkan kekuatannya karena meningkatnya kewaspadaan sebelum rilis data inflasi PCE AS hari ini, penguatan baru Dolar AS ini membebani sentimen pasar dan sejumlah mata uang lainnya, termasuk Rupiah.
Biro Statistik Amerika Serikat (AS) telah merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kemarin, yang tumbuh pada tingkat tahunan 3,2% pada kuartal keempat. Biro ini melaporkan dalam estimasi pendahuluan bahwa pertumbuhan PDB riil adalah 3,3%. Dalam siaran persnya, Biro Statistik tersebut menjelaskan bahwa pembaruan ini terutama mencerminkan revisi ke bawah pada investasi inventaris swasta yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas pada belanja pemerintah negara bagian dan lokal serta belanja konsumen.
Data AS hari ini yang akan menyedot perhatian pasar adalah data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS yang akan dirilis pada pukul 13:30 GMT/20:30 WIB, data ini akan memberi isyarat terkait langkah kebijakan The Fed untuk pemangkasan suku bunganya. Presiden Bank Federal Reserve (The Fed) Kansas City, Jeffrey Schmid, pada awal pekan ini mengatakan, “The Fed harus bersabar, menunggu bukti yang meyakinkan bahwa perang melawan inflasi telah dimenangkan.” Kemudian Presiden The Fed New York, John Williams, pada hari Rabu mengatakan bahwa The Fed kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga pada tahun 2024. Sementara, Presiden The Fed Boston, Susan Collins masih memprakirakan bahwa The Fed akan mulai melakukan pelonggaran pada akhir tahun ini.
Para ekonom di ABN Amro masih meyakini bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya mulai bulan Juni 2024. Selanjutnya menambahkan “Kami memprakirakan batas atas suku bunga dana The Fed akan mencapai 4,25% pada akhir tahun 2024, dan 3% pada pertengahan tahun 2025.”
Kemudian pada hari Jumat, data Inflasi Indonesia akan dicermati, yang akan dirilis pukul 04:00 GMT/11:00 WIB. Data Inflasi bulan ke bulan dan tahun ke tahun, masing-masing diprakirakan akan mencapai di 0,23% dan 2,6%. Dalam artikel yang dipublikasikan oleh Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, disebutkan bahwa inflasi diprakirakan akan mencapai 3,19% pada tahun 2024 (Mandiri OCE), lebih tinggi dari target Bank Indonesia sebesar 2,5±1%. Beberapa ekonom memprakirakan kenaikan inflasi pada bulan Februari 2024 didorong oleh kenaikan harga makanan pokok, terutama kenaikan harga beras, beras premium sejauh ini telah naik 0,98% dari sejak awal Januari 2024.
USD/IDR Melanjutkan Rally, Bisa Mencapai 15.730
USD/IDR melanjutkan rally kenaikannya dari tiga hari yang lalu, telah menembus level resistance di 15.680, dan berusaha menutup di atas level ini. Penguatan yang berkelanjutan dapat membawa pasangan mata uang ini lebih jauh ke sisi atas untuk mencapai level resistance di sekitar 15.730 dan level tertinggi 26 Januari di sekitar 15.844.
Pada grafik harian, pasangan mata uang ini harus menutup di bawah dasar pola segitiga simetris dan di bawah level 15.580 agar dapat melanjutkan pergerakan ke arah selatan.
Sementara kisaran perdagangan USD/IDR untuk hari ini diprakirakan berada di sekitar 15.650-15.750.
Grafik Harian USD/IDR